Harga emas saat ini sudah tidak lagi mencerminkan nilai fundamental riil yang ada.
VIVAnews - Harga emas terus melambung tinggi hingga mencetak rekor US$1.300 per ons. Harga ini telah naik tajam bila dibandingkan sepuluh tahun lalu. Bayangkan, pada awal 2010, harga emas baru diperdagangkan US$275.
Pengusaha George Soros (forbes.com)
Kenaikan emas yang sangat signifikan ini, dikhawatirkan sebagai penggelembungan (bubble) yang siap meletus kapan saja. Sehingga harga emas bisa terkoreksi lagi ke harga sebenarnya.
Pengusaha dan mantan pialang paling sukses selama 50 tahun terakhir, George Soros, memperingatkan investor agar tidak terjebak dalam gelembung besar ini. Dia mengatakan kepada investor bahwa investasi emas saat ini sudah jelas tidak lagi aman.
Menurut Soros, penggelembungan harga emas sudah terjadi sejak Februari lalu. Saat itu harga emas telah menyentuh US$1.150 per ons, dan spekulasi ini tidak akan ada akhirnya. "Siapa pun yang melakukan transaksi emas sejak Februari, dia akan rugi besar," katanya, seperti dikutip dari Economic Times, Kamis 30 September 2010.
Namun, Soros Fund Management, hedge fund milik Soros sendiri merupakan salah satu pemain terbesar dalam spekulasi ini. Sahamnya di SPDR Gold Trust telah naik dua kali lipat. Memang, Soros sudah tidak lagi terlibat dalam pengelolaan bisnis, tapi peringatannya soal harga emas ini akan menjadi perhatian.
Pada kenyataannya, Soros hanya ingin memperingatkan bahwa harga emas telah menggelembung tinggi. Harga logam mulai ini sudah tidak lagi mencerminkan nilai fundamental riil yang ada. Investor telah membeli emas yang sudah naik, dengan harapan bisa terus meningkat. Naiknya harga telah menciptakan permintaan bagi mereka sendiri.
Ini adalah investasi yang akhirnya reflektif. Naiknya harga emas telah mendorong investor menambah emas untuk portofolio mereka. (hs)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar