Today News

Rabu, 24 November 2010

Dinamika 'Safe Haven' dan 'Risk Appetite' Dalam Investasi Produk Komoditi

(Vibiznews – Column) – Investasi di bidang komoditi sampai dengan saat ini memang masih menjadi favorit bagi banyak kalangan terutama bagi para investor yang cenderung mencari alternatif investasi ditengah investasi yang bersifat mutual fund. Seperti juga pada jenis-jenis investasi lainnya, pada investasi di bidang komoditi juga terdapat imbas atau pengaruh yang didatangkan dari faktor fundamental ekonomi. Namun untuk jenis faktor ini, proporsi cenderung lebih dominan dibandingkan dengan jenis investasi lainnya. Kondisi tersebut terbilang wajar mengingat dalam investasi di bidang komoditi banyak hal yang dapat mempengaruhi pergerakan harga-harga komoditi, seperti dampak nilai tukar, kondisi alam/cuaca, jumlah persediaan ataupun dari data-data ekonomi dunia.

Dengan adanya pengaruh-pengaruh tersebut maka investasi di bidang komoditi cukup memberikan sebuah tantangan tersendiri bagi para investor. Namun tidak semua komoditi memiliki tantangan yang sama, bahkan bagi beberapa komoditi dapat menjadi favorit investasi karena komposisi resiko dan tantangannya cenderung lebih rendah dibandingkan komoditi lainnya. Maka dari itu, bagi para analis dan juga para investor, investasi di bidang komoditi dibagi dua berdasarkan resikonya yaitu ’safe haven’ dan ’risk appetite’.

Komoditi ’Safe Haven’ vs Komoditi ’Risk Appetite’
Kedua jenis perbedaan resiko yang terdapat dalam investasi komoditi tersebut terdapat dan identik dalam beberapa komoditi tertentu. Pada komoditi ’safe haven’ misalnya, emas sangatlah identik dengan ungkapan tersebut. Emas dinilai memiliki resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan komoditi-komoditi lainnya. Bahkan terkadang pergerakan emas cukup berlawanan dengan kondisi fundamental yang terjadi di pasar. Maka dari itu, investor menjadikan emas sebagai investasi utama ditengah kondisi ketertekanan fundamental ekonomi. Sejak 3 tahun terakhir misalnya, emas menjadi satu-satunya komoditi yang terus bergerak progresif meski berada dalam lingkup krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu.

Kondisi tersebut tersebut dapat terlihat dari terusnya pencetakan rekor-rekor terbaru harga emas sampai dengan yang terakhir di posisi 1265 dollar per troy ons. Dan sepanjang 3 tahun terakhir, pencetakan rekor-rekor harga emas berkaitan dengan kisruhnya kondisi perekonomian dunia mulai anjloknya sektor finansial AS sampai dengan kekhawatiran terhadap ancaman krisis ekonomi Eropa yang terjadi pada saat ini. Maka dari itu, disaat krisis atau ketertekanan ekonomi global, para investor maupun bank-bank sentral justru giat mengkoleksi emas sebagai cadangan kekayaan dan aset mengingat prospeknya akan tetap positif di waktu berikutnya.

Di pihak lain, atau komoditi ’risk appetite’ justru hampir dimiliki oleh komoditi-komoditi utama dunia seperti komoditi energi dan pangan. Besarnya resiko investasi pada jenis komoditi tersebut menjadikan jenis komoditi ini terlalu mudah menerimah pengaruh dari kondisi fundamental ekonomi maupun non ekonomi. Ambil contoh misalnya komoditi energi yang diwakili oleh minyak mentah yang sangat sensitif terhadap data-data ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi negara-negara industri sampai dengan data-data ekonomi turunan seperti sektor properti dan juga tingkat konsumsi. Besarnya cakupan pengaruh tersebut menjadikan minyak mentah cenderung bergerak labil mengingat kuatnya korelasi antara minyak mentah dengan kelangsungan proses perekonomian dunia. Disaat yang bersamaan, pergerakan minyak mentah juga dapat langsung mempengaruhi komoditi jenis lainnya seperti komodisi pangan, mengingat dalam industri pangan kaitan dengan permintaan energi cenderung besar. Bahkan saat ini, komoditi pangan juga bisa dijadikan sebagai komoditi substitusi bagi komoditi energi. Jagung, kedelai dan kelapa sawit yang telah menjadi bahan baku energi alternatif berupa bio energi. Meski bagi komoditi pangan sendiri, pengaruh cuaca saat ini menjadi pengaruh utama yang dapat mempengaruhi jumlah pasokan dan produksi.

Dari hasil uraian tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa masih-masih jenis komoditi memiliki kadar resiko yang berbeda, namun tidak menurunkan kapasitas keutamaannya dalam dunia investasi. Maka dari itu, kita sebagai investor wajib teliti dan paham dalam membaca peluang dan juga mengamati kondisi fundamental dan teknikal supaya dapat meminimalisir resiko. 

0 komentar:

Posting Komentar