Today News

Kamis, 13 Januari 2011

Don't Put Your Eggs In One Basket, Really?

(managementfile – Risk) – Pepatah lama mengatakan `do not put all our eggs in one basket`. Namun Mark Twain juga punya quote yang terkenal yakni `Put all your eggs in one basket and WATCH THAT BASKET`. Meskipun pepatah pertama lebih popular, namun sesungguhnya keduanya bisa menjadi dasar dari strategi manajemen risiko. Hanya saja, implementasinya tentu saja tergantung pada situasi. 

Ilustrasi gambar (sumber: dreamstime.com)
Dilema menghantui setiap orang yang harus memutuskan diantara kedua pilihan tersebut. Misalnya dalam hal keputusan investasi: Jika Anda berinvestasi pada satu pilihan saja, jika pilihan Anda tepat maka Anda akan menang besar. Namun, jika salah, maka uang Anda berpotensi hilang semuanya. Sementara jika Anda melakukan diversifikasi maka Anda dapat mengurangi risiko, namun return Anda juga jadi terbatas. 


Namun risk management tidak terpaku pada investasi saja, namun lebih luas lagi seperti di bisnis (korporasi). Misalnya, dalam melakukan R&D, Anda dapat menggunakan dan mempertaruhkan seluruh sumber daya yang ada ke dalam satu proyek. Proyek ini bisa sukses karena sudah menggunakan sumber daya optimal, namun jika gagal, maka artinya seluruh sumber daya tersebut sia-sia saja. Atau pilihan lainnya Anda dapat mengejar berbagai proyek, dengan harapan salah satunya akan sukses, hanya saja jika Anda menaruh sumber daya terlalu sedikit juga berisiko. 


Jadi, mana yang terbaik, put your eggs in one basket and watch the basket atau diversifikasi?


Ketika pertama kali memulai terjun ke bisnis, seorang entrepreneur biasanya menaruh seluruh modal Anda ke dalam satu basket, dan memonitor basket tersebut terus menerus. `Put your eggs in one basket and watch the basket.` Selanjutnya, seiring berjalannya waktu dan pengalaman yang semakin banyak, baru dilakukan diversifikasi. Jika Anda sudah melakukan diversifikasi sejak awal, kecuali Anda punya sumber daya yang sangat banyak, maka jadinya malah kurang fokus. 


Jika Anda menaruh seluruh modal dalam satu keranjang saja, maka ketika gagal, kemudian gagal lagi, maka pasti Anda banyak memperoleh pengalaman dan pelajaran yang berharga mengenai bisnis tersebut. Fokus menjadikan Anda dapat belajar secara optimal, sehingga ketika kemudian Anda sudah memahami seluk beluk bisnis tersebut, selanjutnya Anda punya peluang yang besar untuk sukses. 


Jika modal terbatas, maka biasanya single basket lebih jadi pilihan. Jika modal besar, maka beberapa memilih untuk diversifikasi, dan seiring berjalannya waktu baru focus. Masing-masing punya risiko tersendiri.


Lalu ketika Anda punya keyakinan yang tinggi dalam suatu hal, maka pendekatan single basket adalah yang paling baik. Misalnya dalam hal investasi, jika dalam kondisi resesi lalu Anda masuk ke sector energi saja, maka Anda tentunya sudah memperoleh gain yang berlipat-lipat saat ini. Beda jika Anda melakukan diversifikasi ke beberapa sector, tentu return yang Anda peroleh tidak akan optimal. Jadi, single basket ini cocok diimplementasikan pada situasi dimana kita yakin terhadap hasilnya, ketidakpastian rendah, kita punya kemampuan yang tinggi untuk memonitor basket tersebut, serta basket yang kita pilih jauh lebih menarik dibandingkan dengan yang lain. 

Sementara itu, memilih banyak basket hanya dapat mengurangi risiko jika basket tersebut independent satu sama lain, atau tidak berkorelasi secara positif. Banyak basket juga sesuai digunakan jika sumber daya banyak, dan Anda punya kemampuan untuk melakukan diversifikasi. 

Intinya, ketika Anda mau menaruh dalam satu basket, maka `watch the basket` secara terus menerus, sehingga Anda akan punya pengalaman lebih terkait dengannya. Sementara itu, jika Anda mau diversifikasi, Anda pun harus siap dengan modal yang besar, serta return yang mungkin tidak terlalu tinggi.

Strategi Carry Trade dan Risk Aversion

(Vibiznews – FX) – Bagi para investor, istilah carry trade merupakan sesuatu yang sangat jamak didengar. Carry trade adalah sebuah kegiatan di mana investor membeli mata uang atau aset yang memiliki imbal hasil tinggi (high-yield) dengan menggunakan mata uang dari negara yang memiliki suku bunga rendah. Carry trade merupakan strategi yang cukup populer dalam trading valas. Dengan carry trade para investor dijamin akan memperoleh return baik dalam posisi jangka menengah maupun panjang.

Untuk dapat menjadi pelaku carry trade yang sukses, mengerti dan memahami peranan suku bunga dalam pasar valas menjadi sangat penting. Sebuah negara yang memiliki suku bunga tinggi akan menarik banyak modal masuk karena para investor mencari return yang tinggi. Karena itu dengan kenaikan suku bunga investasi akan masuk, elanjutnya hal ini akan mengakibatkan mata uang negara tersebut menglami apresiasi. Dengan demikian pergerakan carry trade, suku bunga akan menjadi sangat penting karena hal tersebut yang menentukan tingginya return yang akan diperoleh.
Iluatrasi gambar carry trade (sumber: http://forexwings.com)

Contoh yang paling jamak terjadi adalah carry trade yang diakukan oleh para investor dengan menggunakan yen. Yen merupakan mata uang yang paling banyak digunakan sebagai sarana carry trade. Kondisi ini terjadi karena suku bunga di Jepang merupakan yang paling rendah di dunia. Pada saat ini suku bunga di Jepang hanya sebesar 0.1%.

Dengan suku bunga rendah ini para investor dapat meminjam uang di Jepang dan menginvestasikannya di dalam aset lain yang memberikan imbal hasil tinggi. Aset tersebut dapat berupa mata uang di negara yang memiliki suku bunga tinggi, contohnya adalah aussie dan kiwi yang negaranya masih memiliki suku bunga sebesar 3%.

Selain dalam mata uang, carry trade juga dapat dilakukan pada bursa saham dan komoditas. Apabila bursa saham dalam kondisi yang bullish, kecenderungan carry trade akan semakin meningkat. Dengan demikian dapat dilihat bahwa yen cenderung mengalami depresiasi saat bursa saham bergerak naik.

Unwinding Carry Trade Sebagai Cara Risk Aversion

Unwinding carry trade adalah pada saat para investor menarik dana yang digunakan untuk carry trade. Kondisi ini akan mengakibatkan apresiasi mata uang yang lazim digunakan sebagai sarana carry trade.

Unwinding carry trade lazim terjadi di saat kondisi ekonomi sedang mengalami permasalahan, seperti juga yang sedang terjadi saat ini. Resesi global mengakibatkan bursa saham anjlok tajam dan memaksa bank-bank sentral di seluruh dunia untuk memangkas suku bunga.

Anjloknya bursa saham mengakibatkan imbal hasil yang diharapkan diperoleh dari saham akan turun, bahkan risiko yang dihadapi justru membesar. Dengan kondisi ini para investor carry trade akan menghentikan sementara waktu kegiatan carry trade mereka. Kondisi ini juga merupakan bagian dari proses >i>risk aversion.

Unwinding carry trade juga dapat terjadi apabila rilis data indikator dalam negeri negara tujuan carry trade menunjukkan situasi yang buruk. Para investor lazimnya memilih negara yang ekonominya baik sebagai tujuan carry trade. Data ekonomi yang buruk akan mengurangi minat terhadap carry trade, dengan demikian mata uang yang digunakan sebagai sarana carry trade akan menguat sementara mata uang tujuan carry trade akan melemah.

Minggu, 09 Januari 2011

DASAR HUKUM PERDAGANGAN FOREX

 Pertanyaan terpenting bagi investor forex, sebelum melakukan investasi adalah bagaimana legalitas perdagangan forex? Kemana harus melapor jika terjadi kesalahan perdagangan yang menyebabkan kerugian pada investor? Perdagangan forex masuk dalam perdagangan berjangka, di bawah pengawasan Departemen Perdagangan, dan diatur dalam bentuk undang-undang, yaitu UU No. 32 Tahun 1997. Ini dilakukan karena sifat bisnisnya yang kompleks, berisiko tinggi dan melibatkan banyak pihak di dalamnya. Dengan adanya, 
kepastian hukum maka masyarakat dapat terlindungi dari praktik-praktik perdagangan yang merugikan.  
  
Pengaturan Perdagangan Berjangka 
Ada dua lapis pengaturan di dalam perdagangan berjangka. Lapis pertama dilakukan oleh Bursa Berjangka dalam hal ini Bursa Berjangka Jakarta/BBJ dan lembaga kliring berjangka dalam hal ini Kliring Berjangka Indonesia/KBI melalui self regulation. Lapis kedua dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), yang mewakili pemerintah (Departemen Perdagangan). Ketiga lembaga itu bersama-sama mengatur perdagangan berjangka di Indonesia agar tercipta pasar berjangka yang adil dan jujur.
  
Pengaturan Perdagangan Forex 
Karena termasuk dalam perdagangan berjangka maka perdagangan forex diatur dalam UU  NO 32 tahun 1997, khususnya bab VII. Undang-undang ini mencakup ketentuan mengenai hal-hal yang bersifat umum, kelembagaan, perizinan, mekanisme perdagangan, pembukuan/pelaporan dan penerapan hukum. 
  
Bab VII dari UU No. 32 Tahun 1997 mengatur pelaksanaan perdagangan berjangka yang antara lain membahas pedoman perilaku pialang berjangka, yaitu perusahaan yang diberi hak melaksanakan order jual dan beli nasabah atau investor. Pasal 51 dari Undang-undang perdagangan berjangka ini menjelaskan bahwa pialang berjangka sebelum me1aksanakan transaksi kontrak berjangka untuk nasabah, berkewajiban menarik margin  dari nasabah untuk jaminan transaksi tersebut di mana margin tersebut dapat berupa uang dan/atau surat berharga tertentu. Pialang berjangka wajib memperlakukan margin milik nasabah termasuk tambahan dana hasil transaksi nasabah yang bersangkutan sebagai dana milik nasabah.   
Dana milik nasabah ini wajib disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening pialang berjangka di bank yang disetujui oleh Bappebti. Dana simpanan itu hanya dapat ditarik dari rekening terpisah, untuk pembayaran komisi dan biaya lain sehubungan dengan transaksi kontrak berjangka dan/ atau untuk keperluan lain atas perintah tertulis dari nasabah yang bersangkutan.  

Dengan jaminan pasal 51 UU no. 32 Tahun 1997 ini, investor tidak perlu khawatir dana yang disetornya ke perusahaan pialang akan disalahgunakan. Meski demikian, bukan berarti investor bo-leh memilih sembarang pialang,  harus dicermati juga kapabilitas dan kredibilitasnya.  
  
Badan Pengawas 
Salah satu kelebihan dalam berinv estasi diperdagangan berjangka khususnya forex dengan adanya badan pengawas dari pemerintah. Di dalam UU No. 32 Tahun 1997 pemerintah Indonesia menetapkan bahwa Badan Pengawas perdagangan berjangka merupa-kan unit kerja yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan, yang bernama Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).   

Takut, Serakah, dan Harapan dalam Trading

(Vibiznews – Options) - Seorang yang sudah lama menjalankan tradinginvestasi secara aktif, umumnya akan sampai pada suatu kondisi memahami atau semakin lama bertambah memahami bahwa psikologi perdagangan(trading psychology) sangat penting peranannya dalam aktivitas trading. Seorang penulis pernah memastikan bahwa kalau kita bertanya kepada siapapun trader yang sukses atas pertanyaan berikut ini: Apa yang paling penting dalam trading? Jawabnya adalah “Belajar menguasai emosi Anda sendiri”. Itulah yang bukan hanya penting, tetapi paling penting!!

Emosi yang paling sering dihadapi investor, dan ini secara klasik sudah diakui seluruh dunia, adalah: “Fear and Greed” . Masalah takut dan serakah. Kalau mau ditambahkan lagi dengan satu kata lain adalah “hope” atau harapan. Seorang investor misalnya akan tergoda untuk menjual secepatnya karenatakut nanti porsi keuntungan akan berbalik arah menjadi kerugian. Terlalu cepat, padahal untung yang lebih besar tersedia kalau mau sedikit lagi bersabar. Tetapi bisa juga, terlalu lama menahan dan tidak segera menjual karena serakah. Selalu merasa tidak puas dengan hasilnya, akhirnya kerugian yang datang menjerat karena pasar yang segera balik arah, misalnya. 

Bagaimanapun takut, serakah dan harapan adalah bagian dari kepribadian manusia. “Bagaimana tidak takut, bukankah uang kita ada di situ?,” demikian pikiran sebagian investor. “Jangan sampai dan kalau bisa jangan pernah rugi.” Yang terakhir ini merupakan pendapat yang sudah bercampur dengan serakah. Serakah bukan hanya mau yang sebanyak-banyaknya sampai menjadi tidak rasional, tetapi juga mental yang tidak mau rugi sama sekali. 

Harapan bahwa pasar akan bergerak seperti yang kita mau, seringkali mengacaukan logika dan metode trading seorangtrader. Tetapi itu sering dan lazim bagi investor, bukan? Harapan ini dapat membawa kita kepada keputusan tebak-tebakan.Cap-cip-cup. Sekalian saja dengar apa suara tokek malam ini. Kita putuskan ambil posisi duluan lalu berharap pasar yang akan mengikuti pas sesuai keinginan atau harapan kita. Pembaca budiman, bukan kita yang menggerakkan pasar. Kita yang harus bergerak mengikuti pasar. Tidak mudah mengatasi godaan perasaan seperti ini, tetapi demikianlah pentingnya belajartrading psychology. Belajarlah terus, setelah ini.

Seorang great trader Wall Street kelas dunia lainnya, dengan pengalamantrading selama 35 tahun, yang juga menjadi partner kami dan kerap datang ke Indonesia adalah Courtney Smith. Sebagai tokoh hedge-fund managernamanya dihormati dengan analisisnya yang selalu menjadi acuan para traderdi Wall Sreet. Penulis dari lima buku investasi terkenal terbitan John Willey & Sons, dalam salah satu sesi coaching -nya di Indonesia pernah menyampaikan sesuatu pernyataan yang menarik perhatian saya. Dia sangat sering menang trading, dengan rata-rata hanya menggunakan waktunya sehari 15 menit saja. Tentang emosi dia katakan bahwa dia tidak ada lagi perasaan antusias dalam trading. Sering hanya kebiasaan saja dan bahkan cenderung “membosankan” atau mencapai kondisi bosan (boredom).Mengherankan? Tetapi dia diakui sebagai great trader dan punya banyak murid trader di berbagai belahan dunia, terutama Amerika dan Asia, termasuk Indonesia yang mengaguminya. Satu yang jelas bahwa emosi bukan masalah lagi baginya dalam trading.

Sampai di sini kita bisa pelajari bahwa minimnya keterlibatan emosi akan memberikan ketenangan bagi investor untuk secara disiplin menjalankan metode dan perencanaan trading-nya ( trading plan and methods). Secara fakta dapat dilihat bahwa ketidakkonsistenan dalam investasi banyak menjebak dan mendatangkan keputusan yang salah dan pada akhirnya loss!Tentunya bukan itu harapan di antara kita sebagai investor, bukan?

Mengontrol emosi bukan hal yang mudah. Pada kenyataannya di sini sumber kekalahan terbesar para investor umumnya. Tetapi mulailah untuk menguasainya. Umumnya emosi yang salah dalam tradingadalah trader suka menyalahkan yang lain! Kita bisa mulai dari sini, yaitu belajar bertanggung jawab terhadap keputusan investasi kita sendiri. Keuntungan ataupun kerugian yang terjadi perlu dipelajari dari waktu ke waktu. Sembari proses berjalan Anda akan melihat diri Anda lebih tenang dan confident. Ini penting, karena sejalan dengan itu Anda akan melihat rekening trading profit Anda bertambah. Selamat belajar!

Gambar Source: fortunewatch.com


Ap/AP/VBN